Bagaimana Pendidikan Bisa Menjadi Warisan Terbaik?

 

Hi Catatan Keuangan Kita,


Saya tepati janji saya untuk memberikan materi tentang perencanaan dana pendidikan anak.


Kali ini, saya akan menyajikan materi tersebut lewat sebuah kisah dari salah satu klien kami yang telah berhasil menyekolahkan kedua anaknya hingga menjadi sarjana.


Ibu Yanti (51) merupakan seorang guru sekolah dasar di sebuah kota di Jawa Barat. Bagi orang yang tidak terlalu mengenalnya, kehidupan Bu Yanti terlihat berkecukupan.


Tapi kenyataannya, Ibu Yanti harus melewati fase 'berdarah-darah' untuk menyekolahkan anak pertamanya.


Susah pahayah menyekolahkan anak tanpa perencanaan keuangan, tidak ingin seperti Ibu Yanti? Yuk ikuti kursus online perencanaan dana pendidikan!

Saat anak pertamanya baru lulus SMA, tanpa diduga suaminya harus berhenti bekerja karena masalah kesehatan. Alhasil, keuangan keluarga menjadi pincang.


Sebagai orang tua yang ingin memberikan yang terbaik untuk anak, kejadian tersebut tidak menghalangi niat Bu Yanti dan suaminya untuk menguliahkan anaknya.


Ibu Yanti memiliki prinsip: Sesulit apapun kondisi keuangannya, yang terpenting anak-anaknya harus bisa mencicipi bangku perkuliahan.


Ia berpikir, sekarang ini saja ada ribuan sarjana yang sulit mendapatkan pekerjaan. Lalu, bagaimana nasib anaknya nanti kalau tidak kuliah?


Akhirnya berbagai cara Bu Yanti lakukan, mulai dari pinjam uang ke bank, koperasi, hingga pinjam uang ke saudara. Apapun itu yang penting bisa mencukupi kebutuhan biaya kuliah anaknya.


Hingga anak pertamanya berhasil menjadi sarjana, perjuangan Bu Yanti belum selesai. Beberapa tahun lalu, tiba waktunya sang anak bungsu masuk perguruan tinggi.


Karena berkomitmen ingin memberikan pendidikan terbaik untuk kedua anaknya, ia pun menguliahkan anak keduanya di universitas yang tak kalah bagus dari kampus anak pertamanya.


Namun kali ini Ibu Yanti sadar, biaya pendidikan untuk anak perlu direncanakan dari jauh hari agar tidak berutang sana-sini.


Ia tak ingin pengalaman pahitnya terulang kembali. Gara-gara telat merencanakan biaya pendidikan, anggaran biaya kebutuhan pokok pun terpaksa ikut dikorbankan.


Akhirnya, ia menghubungi Finansialku dan meminta bantuan perencana keuangan Finansialku untuk membantu merencanakan dana pendidikan anak bungsunya.


Singkat cerita, anak keduanya lulus kuliah tepat waktu. Yang tak kalah menggembirakan, dalam perjuangannya kali ini ia tidak lagi harus berutang karena ia tahu betapa perihnya harus mencicil utang dengan bunga yang cukup tinggi.


Oh ya, dengan membayar biaya pendidikan bagi kedua anaknya, Ibu Yanti tidak sedikitpun menyisakan warisan berupa tanah, rumah, atau aset lainnya. Bisa dibilang, hartanya sudah habis untuk biaya kuliah kedua anaknya.


Meski begitu, ia bisa memberikan warisan yang lebih berharga kepada anak-anaknya, bahkan bisa menghasilkan lebih banyak uang ketimbang sepetak tanah atau aset lainnya. Warisan itu adalah PENDIDIKAN.


Aset bisa habis, uang bisa habis, namun ILMU dapat bertahan hingga akhir hayat.


Sebetulnya, cerita perjuangan Ibu Yanti masih panjang. Ada bagian yang tidak bisa saya ceritakan karena email ini akan terlalu panjang jika saya tuangkan kisahnya di sini.


Lalu, mau tahu bagaimana perencana keuangan Finansialku membantu Ibu Yanti merencanakan dana pendidikan anak?


Dapatkan kursus online yang akan membahas tuntas cara merencanakan biaya pendidikan anak, mulai dari perencanaan, strategi, hingga tips jitu agar biaya pendidikan anak bisa terkumpul pada waktunya. 

Apakah Anda memiliki masalah yang mirip dengan Ibu Yanti?


Jika ya, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan tim Finansialku. Jangan sungkan untuk membalas email ini jika Anda ingin memulai diskusi dengan kami!


Sampai jumpa,


Dendy Agustiyan,
Digital Marketing Associate Finansialku.com

P.S: Untuk mencegah email masuk ke folder Junk/Spam, simpan alamat email dendy@finansialku.com ke Address Book Anda atau tambahkan ke Safe Sender List.   

 

Komentar